Sabtu, 23 Juli 2011

Bencana yang Terjadi di Kota Bandung

A.    Kota Bandung
Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat sekaligus menjadi ibu kota provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km sebelah tenggara Jakarta, dan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Sedangkan wilayah Bandung Raya merupakan metropolitan terbesar kedua di Indonesia setelah Jabotabek. Di kota yang bersejarah ini, berdiri sebuah perguruan tinggi teknik pertama di Indonesia (Technische Hoogeschool, sekarang ITB). Di kota ini juga pernah menjadi ajang pertempuran di masa kemerdekaan, serta pernah menjadi tempat berlangsungnya Konferensi Asia-Afrika 1955, suatu pertemuan yang menyuarakan semangat anti kolonialisme. Sampai Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru dalam pidatonya mengatakan bahwa Bandung adalah ibu kotanya Asia-Afrika.
Pada tahun 1990 kota Bandung menjadi salah satu kota teraman di dunia berdasarkan survei majalah Time. Kota kembang merupakan sebutan lain untuk kota ini, dan dahulunya disebut juga dengan Parijs van Java. Selain itu kota Bandung juga dikenal sebagai kota belanja, dengan mall dan factory outlet yang banyak tersebar di kota ini. Dan pada tahun 2007, British Council menjadikan kota Bandung sebagai pilot project kota terkreatif se-Asia Timur. Saat ini kota Bandung merupakan salah satu kota tujuan utama pariwisata dan pendidikan.
1.      Letak Geografi Kota Bandung
Kota Bandung dikelilingi oleh pegunungan, sehingga bentuk morfologi wilayahnya bagaikan sebuah mangkok raksasa. Secara geografis kota ini terletak di tengah-tengah provinsi Jawa Barat, serta berada pada ketinggian ±768 m di atas permukaan laut, dengan titik tertinggi di berada di sebelah utara dengan ketinggian 1.050 meter di atas permukaan laut dan sebelah selatan merupakan kawasan rendah dengan ketinggian 675 meter di atas permukaan laut.
Kota Bandung dialiri dua sungai utama, yaitu Sungai Cikapundung dan Sungai Citarum beserta anak-anak sungainya yang pada umumnya mengalir ke arah selatan dan bertemu di Sungai Citarum. Dengan kondisi yang demikian, Bandung selatan sangat rentan terhadap masalah banjir.
Keadaan geologis dan tanah yang ada di kota Bandung dan sekitarnya terbentuk pada zaman kwartier dan mempunyai lapisan tanah alluvial hasil letusan gunung Tangkuban Parahu. Jenis material di bagian utara umumnya merupakan jenis andosol begitu juga pada kawasan dibagian tengah dan barat, sedangkan kawasan dibagian selatan serta timur terdiri atas sebaran jenis alluvial kelabu dengan bahan endapan tanah liat.
Semetara iklim kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan sejuk, dengan suhu rata-rata 23.5 °C, curah hujan rata-rata 200.4 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 21.3 hari per bulan.
2.      Kependudukan
 Kota Bandung merupakan kota terpadat di Jawa Barat, di mana penduduknya didominasi oleh etnis Sunda, sedangkan etnis Jawa merupakan penduduk minoritas terbesar di kota ini dibandingkan etnis lainnya.
Pertambahan penduduk kota Bandung awalnya berkaitan erat dengan ada sarana transportasi Kereta api yang dibangun sekitar tahun 1880 yang menghubungkan kota ini dengan Jakarta (sebelumnya bernama Batavia). Pada tahun 1941 tercatat sebanyak 226.877 jiwa jumlah penduduk kota ini kemudian setelah peristiwa yang dikenal dengan Long March Siliwangi, penduduk kota ini kembali bertambah dimana pada tahun 1950 tercatat jumlah penduduknya sebanyak 644.475 jiwa.

B.     Potensi Bencana di Kota Bandung
Kota Bandung, sebagai ibukota Provionsi Jawa Barat dan sebagai pusat kegiatan bisnis, pendidikan, politik dan sosial yang dihuni sekitar  2 juta jiwa, dengan aktifitas sekitar 3 juta orang setiap hari ternyata merupakan kawasan rentan bencana gempa bumi, longsor dan banjir.
Kawasan Bandung yang rentan terhadap gempa adalah kawasan yang sruktur tanahnya  didominasi endapan permukaan  fasies lakustrin organik, endapan fluvial berbutir halus dan kipas aluvial yang  rawan terhadap gempa bumi. Kawasan yang rawan gempa tersebut adalah kawasan Bandung Timur dan Selatan, karena karakter tanah di kawasan tersebut lebih lunak, sehingga dengan  goncangan gempa berkekuatan rendah saja, bisa berakibat fatal.
Kawasan yang rentan gempa bumi itu diantaranya  Kecamatan Cibiru, Ujungberung, Mandalajati dan Cicadas.  Kawasan yang rawan longsor adalah kawasan Bandung Utara  yang berada pada ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut (DPL), seperrti Kecamatan Coblong, Sukajadi, Sukasari, Cidadap, Cibeunying Kidul, Cibeunying Kaler, Mandalajati dan Ujungberung
Sedangkan kawasan rentan banjir adalah wilayah Bandung bagian selatan, seperti  Kecamatan  Bandung Kulon, Bojongloa Kaler, Bojongloa Kidul, Regol, Lengkong, Bandung Kidul, Kiaracondong, Gedebage, Ujungberung, Cinambo dan  Panyileukan.
Ancaman bencana di Bandung, selain karena adanya faktor alam, juga dipicu dengan ketidakseimbangan daya dukung alam terhadap aktifitas manusia. Kota Bandung yang dibangun tahun 1810, dirancang untuk dihuni sekitar 200.000 jiwa. Namun kenyataannya, saat ini penduduk Kota Bandung mencapai 2 juta jiwa, ditambah penduduk musiman atau urbanis yang melakukan aktifitas sehari-hari pada siang harfi sekitar 1 juta jiwa.
Melonjaknya jumlah penduduk mendorong banyaknya pemukiman baru yang tidak terkendali, seperti di kawasan lereng perbukitan, atau lembah dan cekungan yang pada 40 tahun lalu belum menjadi pemukiman. Bangunan di kawasan rawan bencana, seperti di lereng dan lembah, terutama bangunan liar, dibangun asal jadi, tidak memenuhi persyaratan bangunan tahan gempa.

C.     Bencana yang Terjadi di Kota Bandung
1.      Gempa Bumi
Letak geografi kota bandung yang dikelilingi pegunungan membuat bandung rentan akan bencana gempa baik gempa vulkanik maupun gempa tektonik hal ini berpotensi terjadi karena posisi kota bandung terletak di pulau jawa yang pada dasarnya adalah daerah pertemuan 2 lempeng besar yaitu lempeng Eurasia dan lempeng indo-australia. Berikut peristiwa-peristiwa gempa bumi yang pernah terjadi di kota bandung.
a.       Gempa dengan kekuatan 6 skala Richter (SR) hamburkan warga kota Bandung dan sekitarnya serta wilayah selatan Jawa Barat, Selasa 18 Mei malam. Warga berhamburan panik keluar rumah ketika peristiwa itu terjadi.
Menurut data dari Badan Meteorologi dan Klimatologi Geofisika (BMKG) Wilayah Kota Bandung, gempa terjadi pada pukul 18.59 WIB di 8,22 lintang selatan (LS) dan 107,21 bujur timur (BT) dengan kekuatan 6 SR di kedalaman sekitar 13 km di atas permukaan laut. Gempa ini terjadi 147 km tenggara Sukabumi, atau 149 km barat daya Tasikmalaya, 150 km barat daya Bandung, 160 km barat daya Ciamis, dan 231 km tenggara Jakarta. Dari informasi BMKG Wilayah Bandung, gempa ini tidak berpotensi tsunami.
Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM, Surono mengatakan, gempa bumi yang terjadi kemarin malam terjadi di sekitar 147 km tenggara Kabupaten Sukabumi, dengan kedalam 13 km dari permukaan laut dengan magnitudo sebesar 6 SR.
Menurut Surono, sekalipun gempa itu berkekuatan besar, namun tingkat kerusakannya tidak begitu signifikan. Surono menegaskan, gempa ini tidak berpotensi tsunami, sekalipun kedalamannya sekitar 13 km di atas permukaan laut.
Gempa itu membuat sebagian pusat perbelanjaan di Kota Bandung "mati" seketika, terutama yang berada di gedung bertingkat. Berdasarkan pemantauan yang dihimpun "GM", sekitar 50% counter di Bandung Elektronik Center (BEC) memilih tutup, terlebih untuk kios yang berada di lantai 4 dan lantai 5. Di samping itu, tidak sedikit warga yang berhamburan keluar dan berusaha menyelamatkan diri.
b.      Kota Bandung, Jawa Barat dilanda gempa. Gempa berskala 4,5 SR ini dirasakan oleh warga. Berdasarkan informasi dari BMKG, Rabu 27 Oktober 2010, gempa terjadi pukul 21.48 WIB. Lokasi gempa berada di 7.40 lintang selatan dan 107.69 bujur timur, atau tepatnya di 54 kilometer bagian tenggara Bandung, Jawa Barat. Tidak ada korban jiwa pada peristiwa ini. Kerugian kerusakan bangunan belum diketahui secara pasti, petugas sedang melakukan pemeriksaan kepada warga.
c.       Wilayah Bandung Selatan, Jawa Barat, Ciwidey diguncang oleh gempa berkekuatan 7,3 skala richter (SR) yang mengguncang Rabu siang.
Dari data sementara petugas SAR di lapangan, hampir seluruh rumah di wilayah Bandung Selatan seperti Ciwidey dan Pangalengan rusak parah akibat guncangan gempa tadi siang.
Pemerintah daerah telah berkoordinasi dengan beberapa pihak seperti Tim SAR, PMI dan Dinas Sosial Kabupaten Bandung, terkait penanganan korban pasca guncangan gempa tersebut.
Guncangan gempa yang terjadi di Kota Bandung, sekitar pukul 14.55 WIB membuat ratusan rumah di Desa Sukamanah Kecamatan Pangelangan rusak parah. Hampir seluruh rumah di Desa Sukamanah RT 01/RW 06 Desa Sukamanah rusak parah dan hampir roboh.
Camat Pangalengan, Haris Taufik, menyatakan, dua orang warganya meninggal dunia yaitu Karsa (45) dan seorang anak berusia 13 tahun identitas belum diketahui dan 30 warga lainnya terluka akibat terkena reruntuhan tembok karena guncangan gempa.

2.      Tanah Longsor
Curah hujan yang tinggi serta struktur tanah yang lunak membuat bandung berpotensi terjadi bencana tanah longsor. Belum lagi pertumbuhan penduduk yang terus melonjak naik setiap tahunnya memdorong banyaknya pemukiman baru yang tidak terkendali, seperti di kawasan lereng perbukitan, lembah, dll. Hal tersebut semakin membuat bandung rawan akan bencana tanah longsor. Berikut adalah beberapa bencana tanah longsor yang pernah terjadi di kota bandung.
a.       Bencana tanah longsor melanda kawasan Kecamatan Pasirjambu, Ciwidey Bandung, Jawa Barat, Selasa 23 Februari pagi. Sekitar 60 orang warga yang bermukim di sekitar Perkebunan Dewata, Desa Tenjolaya Kecamatan Pasirjambu, dilaporkan tertimbun longsoran, dan empat di antaranya ditemukan dalam keadaan meninggal dunia. Jumlah korban sementara yang dilaporkan sebanyak 60 orang yang tertimbun tanah longsoran yang berasal dari bukit di atas perkampungan warga.
Peristiwa longsor yang terjadi sekitar pukul 08:00 WIB itu, telah menimbun sekitar 30 rumah penduduk. Kabar musibah longsor ini baru bisa diketahui pada siang hari, mengingat lokasi kejadian berjarak 60 km dari Kota Bandung, dan membutuh tiga jam perjalanan dari Kota Kecamatan, Pasirjambu. Hingga berita ini disusun, tim SAR masih terus melakukan evakuasi, untuk mencari korban yang tertimbun. Tim juga menemui kesulitan, mengingat lokasi longsor berada di kawasan perkebunan teh, dengan medan yang cukup berat. Berdasar laporan Bandung Ekspres (Jawa Pos Group), warga yang tertimbun itu berasal dari 35 kepala keluarga (KK) pekerja perkebunan yang menghuni bedeng di Kampung Dewata RW 11 Desa Tenjolaya, Kec Pasirjambu Ciwidey. Hingga pukul 22.00 tadi malam, sedikitnya enam warga ditemukan tewas. Mereka adalah Echa, 1; Ina, 25; Yulis, 19; Iis, 20; Kisman,22; dan Ma Otih, 60.Cuaca buruk dan hujan deras dalam beberapa hari terakhir membawa korban di Bandung, Jabar, diperkirakan sekitar 70 warga tertimbun akibat longsor di wilayah Pasirjambu Ciwidey, Kabupaten Bandung.Jumlah korban tewas diperkirakan terus bertambah karena proses evakuasi masih menghadapi kendala. Selain lokasi longsor agak terpencil ke arah selatan atau sekitar tiga jam perjalanan dari Bandung ada kendala peralatan untuk mencari warga yang tertimbun. Pencarian lebih banyak dilakukan secara manual atau dengan peralatan seadanya.Lokasi longsor merupakan perumahan karyawan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jabar I, PT Chakra Perkebunan Teh Dewata. Lokasi itu juga berada di perkebunan yang berjarak sekitar 35 km dari arah Ciwidey, Bandung Selatan.
b.      Sedikitnya 32 orang tewas dalam bencana tanah longsor bercampur limbah sampah yang menggunung-gunung di tempat pembuangan akhir yang menimpa dua kampung di perbatasan antara Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi pada Senin (21/2) dini hari. Sebelumnya, kawasan tersebut diguyur hujan sangat deras disertai petir yang menyambar-nyambar.
Sebagian besar korban kebanyakan bermukim di RT 2 RW 9, Kampung Cilimus, Desa Batujajar Timur, Kabupaten Bandung. Seluruh penghuninya nyaris tak bersisa seperti halnya rumah mereka yang hancur terhantam gelombang tanah. Sejumlah penghuni dari 69 rumah di RW tersebut menjadi korban dari bencana tersebut.
Dari jumlah tersebut, laporan sementara pada pukul 19.45 WIB menyebutkan 28 orang tewas, 29 orang hilang, dan 29 lainnya dikabarkan selamat, serta 4 orang dirawat di RS Dustira, Cimahi. Sedangkan 4 korban meninggal lainnya berasal dari warga RT 4 RW 10 Kampung Pojok Cireundeu, Desa Leuwigajah, Cimahi. Mereka adalah suami-istri dan kedua anaknya. Sedangkan lahan persawahan masih belum didata.
Alat-alat berat berupa buldozer dan bego dikerahkan untuk memudahkan pencarian korban. Namun sulitnya medan, karena ketebalan material tanah bercampur sampah, menyulitkan proses evakuasi. Selama evakuasi, bau tidak sedap (bacin) begitu menyengat dan menyebar.
Proses bantuan sudah digelar. Di Kampung Cilimus, posko dipusatkan di bangunan SDN Batujajar II yang meliputi pengaduan dan pelayanan medis. Terlihat pula aktivitas bongkar-kirim bahan makanan. Di Cirendeu, satu tenda pleton sudah didirikan namun terlihat masih minim kegiatan.
Kebanyakan warga yang bermukim di sekitar lokasi bencana memilih untuk mengungsi ke rumah sanak-saudaranya, yang lokasinya tidak terlalu jauh yakni berada di kampung sekitarnya yang relatif lebih aman.
Mengingat hujan deras disertai petir sudah mengguyur Kawasan Bandung dan sekitarnya selama tiga hari terakhir ini menjadikan mereka berduyun-duyun mengosongkan rumahnya. Terlebih ada peringatan untuk mewaspadai gerakan tanah karena material longsoran yang gembur dan mudah bergerak terbawa air.
Untuk memudahkan pelaksanaan operasional atas bencana, Gubenur Jabar Danny Setiawan bersama unsur Muspida lainnya yang melakukan peninjauan ke lokasi dan melihat proses evakuasi menyerahkan bantuan Rp 100 juta.
Kejadian tersebut juga mengundang banyak orang untuk menyaksikannya langsung ke lokasi. Di antara mereka memang terdapat kerabat untuk memastikan musibah yang menimpa saudaranya. Tapi sebagian besar lebih banyak menonton dan kerapkali menggangu jalannya proses evakuasi.
c.       Hujan deras telah mengakibatkan longsor di Kompleks Perumahan Lembah Hanjuang Permai Blok U, Desa Sariwangi, Kec. Lembang, Selasa (23/11) pukul 19.00 WIB. Akibat longsor tersebut, satu rumah rusak, seorang tewas, serta seorang lainnya dilarikan ke rumah sakit.
Keterangan yang dihimpun "GM" di lokasi kejadian, Rabu (24/11), menyebutkan, longsor terjadi saat kawasan tersebut diguyur hujan lebat selama lebih dari dua jam, yakni sejak magrib hingga lewat pukul 20.00 WIB. Akibat kejadian tersebut salah seorang warga di RT 01/RW 05 Kompleks Lembah Hanjuang Permai, Endang (25) yang tinggal bersama saudaranya, Dadang (50), tertimbun longsoran tanah. Jasad Endang baru ditemukan 12 jam kemudian ketika dilakukan evakusi yang melibatkan petugas Polres Cimahi, Tagana, tim Wanadri, Dinas PU Bina Marga dan Pengairan Kab. Bandung Barat (KBB) serta warga sekitar.
Saat ditemukan, Rabu (24/11) sekitar pukul 07.00 WIB, mayat korban dalam kondisi sangat mengenaskan, berada di bawah tumpukan tanah, dekat sungai depan rumahnya. Jarak tempat ditemukannya mayat Endang dengan rumahnya sekitar 200 meter.



3.      Banjir
Bentuk morfologi kota bandung yang berbentuk seperti mangkok raksasa membuat bencana banjir kerap kali melanda kota bandung. Faktor lain adalah tingginya curah hujan membuat dua sungai utama yaitu Sungai Cikapundung dan Sungai Citarum yang mengaliri kota bandung sering kali meluap. Berikut adalah bencana banjir yang pernah terjadi di kota bandung.
a.       Hujan deras yang menguyur wilayah Bandung, Jawa Barat sejak beberapa hari terakhir menyebabkan meluapnya kali Cipaganti di Kecamatan Cidadap. Meluapanya air kali Cipaganti merendam ratusan rumah warga yang berada di bantaran kali.
Banjir akibat luapan Kali Cipaganti ini merendam ratusan rumah warga di Kelurahan Hegar Manas serta Cibeleuit, Kecamatan Cidadap, Kota Bandung, Selasa (29/01/08) kemarin. Luapan air sungai Cipaganti membuat warga di bantaran sungai Cipaganti sibuk menyelamatkan harta benda mereka.
Beberapa rumah warga yang berada persis dipinggiran kali Cipaganti juga jebol serta rusak parah diterjang banjir. Banyak penghuni yang sempat mengungsi ke rumah-rumah warga yang terbebas banjir serta memilih tinggal sementara di loteng rumah untuk menghindari banjir.
Harta benda milik warga juga banyak yang hanyut terbawa aliran  kali Cipaganti. Ketinggian banjir yang sempat mencapai pinggang orang dewasa ini baru surut bersamaan menyusutnya ketinggian air kali Cipangati. Warga secara bergotong royong membersihkan sisa-sisa reruntuhan bangunan yang menyumbat aliran kali serta endapan lumpur kali yang terbawa kedalam rumah-rumah warga.
Warga berharap agar pemerintah setempat segera melakukan pengerukan kali Cipaganti sehingga banjir untuk kedua kalinya ini tidak terjadi lagi.
b.      Banjir merendam ribuan rumah dan fasilitas umum di Kabupaten Bandung. Hujan yang turun terus-menerus sejak satu bulan terakhir ini, mengakibatkan sungai Citarum meluap. Banjir akibat luapan sungai Citarum melanda delapan kecamatan di Kabupaten Bandung, di antaranya Kecamatan Dayeuh Kolot, Bale Endah, Rancaekek, dan Banjaran.
Ribuan rumah warga dan fasilitas umum seperti sekolah, sarana ibadah, serta pabrik, terendam banjir hingga ketinggian rata-rata tiga meter. Selain dari luapan sungai Citarum, air banjir juga bercampur dengan limbah dari beberapa pabrik, karena beberapa wilayah Kabupaten Bandung merupakan kawasan industri. Akibat banjir tersebut, akses jalan yang menghubungkan Kota Bandung dengan Kabupaten Bandung pun terputus.
Hingga saat ini jumlah pengungsi korban banjir mencapai 39 ribu orang. Mereka mengungsi di sejumlah tempat yang aman dari banjir, di antaranya mengungsi di kantor kecamatan, gedung partai politik, hingga ada pula yang mengungsi di tepi jalan. Para pengungsi tersebut hingga kini belum mendapatkan bantuan dari pemerintah. Bahkan banyak di antara mereka yang jatuh sakit.
Banjir di Kabupaten Bandung selalu terjadi setiap tahun pada saat musim hujan. Kondisi sungai Citarum yang semakin mengalami pendangkalan, merupakan salah satu penyebab banjir tersebut. Meski dana sudah tersedia, penanganan banjir oleh pemerintah hingga kini masih belum terealisasi.
Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan mengungkapkan dana perbaikan dan pengerukan sungai Citarum sebesar 125 miliar Rupiah sudah ada dalam APBN. Sementara itu, Kepala Badan Penangggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat, Udjwalaprana Sigit mengungkapkan, persediaan bantuan logistik seperti makanan dan obat-obatan untuk para pengungsi sudah tersedia. Bahkan, persediaannya cukup hingga Januari tahun depan. Penyaluran bantuan logistik tersebut dilakukan berkoordinasi dengan Badan Penanggulan Bencana Daerah atau BPBD kabupaten setempat.
c.       Setelah surut selama tiga hari dan lingkungan disekitarnya mulai bersih, banjir akibat luapan sungai Citarum kembali merendam ratusan rumah di Kampung Cieunteung, Kecamatan Bale Endah, Kabupaten Bandung. Ketinggian air mencapai 1,5 meter membuat warga kembali terisolasi dan memilih untuk kembali mengungsi.
Hujan deras yang mengguyur kota dan Kabupaten Bandung sejak Minggu (14/12/08) malam, membuat air sungai Citarum kembali meluap dan merendam sedikitnya 500 rumah di Kampung Cieunteung, Kecamatan Bale Endah, Kabupaten Bandung. Akibat banjir setinggi 1,5 meter warga pun kembali terisolasi.
Air yang datang dengan tiba - tiba membuat sebagian warga terjebak didalam rumah dan bertahan dilantai atas rumah mereka. Untuk keluar rumah warga terpaksa menggunakan perahu. Iin, salah seorang warga Kampung Cieunteung mengatakan banjir yang datang kali ini membuat warga terpukul.
Pasalnya warga baru saja membersihkan lumpur dari sisa - sisa banjir Minggu (14/12/08) kemarin. Banjir kemungkinan akan kembali meninggi mengingat curah hujan di kota dan kabupaten kembali tinggi, membuat sebagian warga Kampung Cieunteung memilih untuk meninggalkan rumah dan kembali ke pengungsian.
Warga berharap pemerintah daerah maupun pusat segera melakukan pengurukan Sungai Citarum, serta melaksanakan penghijauan diwilayah Gunung Wayang, agar banjir tidak kembali terjadi.
d.      Ribuan rumah di Kabupaten Bandung kembali terendam banjir. Banjir tersebut tersebar di tiga kecamatan yaitu Dayeuh Kolot, Bale Endah dan Majalaya. Ketinggian banjir bervareasi antara 50 centimeter hingga 2 meter. Akibat banjir arus transportasi antara Dayeuh Kolot menuju kota Bandung terhambat.
Ribuan rumah yang kini terendam banjir tersebar di Kecamatan Dayeuh Kolot, Bale Indah dan Majalaya. Banjir setinggi 50 centimeter hingga 2 meter ini disebabkan meluapnya sungai Citarum dan anak-anak sungainya.
Sungai Citarum meluap sejak Senin (07/04) malam, karena tidak kuasa menampung air hujan yang menguyur kawasan kota Bandung dan Kabupaten Bandung. Bahkan luapan Sungai Citarum ini sudah hampir melampaui batas dari biasanya hingga melampaui tanggul. Pompa penyedot pun tidak dapat difungsikan karena pipa pembuangannya telah terendam air.
Sejumlah warga kini mengungsi ke tempat yang lebih aman, meski ada yang bertahan di rumah masing-masing. Untuk beraktifitas warga menggunakan rakit buatan yang telah disiapkan.
Tiga kecamatan di Kabupaten Bandung ini memang rawan banjir. Bulan lalu saja kawasan yang sama sudah lima kali terendam banjir hingga 2 meter. Warga berharap pemerintah segera menanggulangi banjir dengan melakukan normalisasi sungai Citarum yang mulai dangkal.

4.      Kekeringan
Jumlah pertumbuhan penduduk dan industry yang terus meningkat membuat kebutuhan akan penggunaan air pun meningkat. Pengambilan air tanah yang melebihi kapasitas membuat tanah menjadi rusak. Hal itulah yang membuat bencana kekeringan melanda kota bandung. Berikut bencana kekeringan yang pernah terjadi di kota bandung.
a.       Bencana kekeringan air tanah mengancam sebagian wilayah Kota Bandung, Cimahi Selatan, Moh. Toha-Dayeuhkolot, dan Majalaya akibat penggunaan air tanah yang berlebihan. Jika bencana itu terjadi, tak ada air, permukaan tanah menurun, banjir, dan terjadi pencemaran air.
Kepala Pusat Lingkungan Geologi (PLG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ir. Danaryanto, M.Sc. mengingatkan, agar pemerintah daerah setempat tidak berleha-leha dan harus benar-benar melakukan pengawasan ketat terhadap penggunaan air tanah.
Menurut Danaryanto, wilayah Kota Bandung yang harus diwaspadai penurunan air tanahnya, di antaranya Moh. Toha, Andir, Cicendo, dan Sukajadi. Sejumlah wilayah tersebut dikategorikan air tanahnya rusak. Sejumlah wilayah yang sudah dikategorikan kritis air tanah adalah Babakan Ciparay, Bandung Kulon, Bojongloa Kaler, Kiaracondong, dan Batununggal. Sedangkan selebihnya, dikategorikan rawan dan aman.
Kerusakan yang paling parah, kata Danaryanto, terjadi di luar Kota Bandung, yakni Cimahi Selatan, Leuwigajah, Dayeuhkolot, Banjaran, Baleendah, Majalaya, dan Rancaekek. Di beberapa wilayah itu kondisinya sudah rusak karena pengambilan air tanah yang berlebihan oleh industri. Di sejumlah wilayah tersebut, kandungan air tanahnya hanya untuk 8 juta meterkubik, sedangkan pengambilan 40 juta meter kubik. Hal itu terjadi akibat jumlah pertumbuhan penduduk dan industri terus meningkat sehingga kebutuhan air juga terus bertambah.
Efek yang telah dan akan dirasakan masyarakat akibat kerusakan air tanah adalah penurunan permukaan tanah yang saat ini dideteksi 4 cm tiap tahun, banjir rutin seperti yang terjadi di Majalaya, Rancakek, dan Baleendah. Sementara dampak langsung lainnya terhadap masyarakat, yakni kekeringan air tanah.Terkait hal itu, pemerintah harus mengawasi penggunaan air tanah, terutama pengambilan air tanah yang dilakukan secara ilegal.
b.      Lahan pertanian Kab. Bandung seluas 3.000 hektare dilanda kekeringan. Pemkab Bandung diharapkan untuk melakukan tindakan antisipasi sebelum bencana kekeringan benar-benar terjadi.
Berdasarkan pemantauan di lapangan, Jumat (27/6), beberapa sungai dan pesawahan sudah terlihat mengering. Sungai Citarum sudah terlihat menyusut drastis, dan tepiannya dijadikan lahan untuk menanam palawija. Hal serupa juga terjadi di Sungai Ciwidey dan Sungai Cisangkuy.
Debit air di tiga sungai besar itu menyusut drastis, padahal musim kemarau baru berjalan satu bulan. Sebelumnya, saat musim hujan, sungai-sungai itu meluap dan mengakibatkan banjir di beberapa daerah, seperti Majalaya, Banjaran, dan Dayeuhkolot.
Luas lahan yang terancam kekeringan di Kab. Bandung, tidak akan jauh berbeda dengan tahun 2007. Berdasarkan catatannya, pada 2007 luas lahan yang mengalami kekeringan mencapai 3.000 hektare, yang tersebar di seluruh wilayah Kab. Bandung. Daerah yang rawan kekeringan antara lain, Ciparay, Baleendah, Tegalluar, dan Katapang.
Bencana kekeringan di Kab. Bandung tidak terlepas dari rusaknya lingkungan, dan penanganan Sungai Citarum yang tidak juga selesai. Kondisi hutan yang rusak membuat Kab. Bandung selalu dilanda banjir saat musim hujan, dan kekeringan saat musim kemarau.
Bencana banjir dan kekeringan, telah memunculkan ide agar di Kab. Bandung dibuat danau buatan.

5.      Kebakaran
Banyaknya jumlah penduduk membuat pemukiman rumah warga dibuat tanpa menghiraukan kondisi lingkungan sekitar. Banyak rumah semi permanen yang dibuat sangat berdempetan dengan rumah di sebelahnya. Hal ini menyebabkan jika terjadi kebakaran, api akan merambat cepat ke rumah lainnya. Berikut kebakaran besar yang pernah terjadi di kota bandung.
a.       Sekitar seratus rumah ludes dilalap si jago merah di RT 09 dan 10 RW 04 Kelurahan Arjuna, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (25/6) subuh tadi. Ratusan keluarga penghuni rumah yang kebanyakan semi permanen tersebut kini kehilangan tempat tinggal.
Peristiwa terjadi antara pukul 03.00 dan 03.30 WIB, sekitar akhir siaran langsung laga Piala Dunia 2010 Jepang lawan Denmark. Sebagian warga, terutama wanita, saat itu tengah tidur. Ayu, 45 tahun, sadar rumahnya mulai terbakar setelah dibangunkan anaknya,
Ayu mengaku keluarganya hanya mampu menyelamatkan satu unit sepeda motor, dua lembar ijazah kedua anaknya, serta pakaian yang menempel di tubuh keluarganya dari rumah dua lantai semi permanen yang dihuninya.
Warga menilai, petugas pemadam kebakaran terlambat datang. Pemadam kebakaran datang antara pukul 04.00 dan 04.30 ketika api sudah besar. Itupun yang datang awalnya hanya dua mobil pemadam, air di tangkinya kosong.
 Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Kota Bandung John Siregar mengaku mengerahkan 11 unit mobil pemadam, termasuk dua unit mobil bantuan dari Dinas Pemadam Kota Cimahi. Api berasal dari sebuah rumah di RT 09. Dugaan sementara disebabkan arus pendek listrik di rumah itu.
John menampik terlambat datang ke lokasi. Hanya saja, pasukan pemadam menemui beberapa kendala, di antaranya adalah lokasi kebakaran yang terletak di permukiman sangat padat dan gang yang sempit.
b.      Sepanjang 2010, terjadi 101 kali kebakaran di Kota Bandung. Total kerugian material yang ditimbulkan akibat kebakaran tersebut sedikitnya Rp 61,2 miliar. Kepala Dinas Kebakaran Kota Bandung John H. Siregar mengatakan, mayoritas kebakaran terjadi karena arus pendek listrik (korsleting). "Dari 101 kebakaran yang ditangani Dinas Kebakaran Kota Bandung, 64 kejadian di antaranya terjadi akibat korsleting," ucapnya. Kebakaran akibat api terbuka seperti lilin, sampah, obat nyamuk, dan rokok terjadi sebanyak 29 kali. "Untuk kebakaran yang disebabkan oleh kompor dan lampu tempel masing-masing sebanyak enam dan dua kali," kata John. Tahun lalu, kebakaran paling banyak melanda bangunan perumahan sebanyak 62 kali. Sisanya melanda pasar (tiga kali), bangunan industri (10 kali), tempat perbelanjaan (tiga kali), bangunan umum (12 kali), dan lain-lain (11 kali). Berdasarkan data dari Dinas Kebakaran Kota Bandung, wilayah yang dilanda kebakaran terbanyak selama 2010 yaitu Kecamatan Batununggal sebanyak sembilan kali, dengan kerugian material sedikitnya Rp 410.000.000,00. Daerah lain yang juga tergolong sering dilanda kebakaran yaitu Kec. Babakan Ciparay sebanyak delapan kali, dengan total kerugian Rp 497.000.000,00.
c.       Si jago merah kembali beraksi dengan melalap dua rumah di Komplek Perumahan Cempaka Arum Blok D 11 No. 141 dan No. 142 RT 2/ RW 7, Kel Cimencang, Kec. Gedebage, Kota Bandung, pada pukul 13.15 WIB, Selasa, (31/8). Meskipun tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut, tapi kerugian ditaksir hingga ratusan juta rupiah.
Rumah milik Andrianto (35) dan Luky Saridin (40) tersebut hangus dilalap api dalam waktu setengah jam. Menurut saksi mata Zakaria (58), yang juga mertua dari kedua pemilik rumah tersebut mengatakan, saat terjadi kebakaran dirinya sedang mengecat di rumah Luky Saridin. Namun, tak beberapa lama kemudian dia melihat api dari rumah sebelah milik Andrianto.
Tidak lama kemudian, api merambat ke rumah milik Luky. Di rumah itu, Zakaria sempat menyelamatkan beberapa peralatan mebel, piano serta surat-surat penting. Api cepat membesar, kemungkinan api berasal dari konsleting listrik di kamar belakang milik Andrianto, karena komputernya tidak dimatikan saat rumah ditinggal penghuni. Dan kerugian untuk kedua rumah tersebut ditaksir mencapai Rp. 300 juta.
Saat kebakaran terjadi, empat regu pemadam kebakaran dari Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (DPKPB) Kota Bandung diturunkan untuk memadamkan api. Menurut Pelaksana Pengendalian Operasi DPKPB Kota Bandung, Yedi Z., api berasal dari kamar belakang yang diduga karena arus pendek listrik.
Wakapolsek Gedebage, Ajun Komisaris Hidayat menyebut tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Menurut Hidayat, masyarakat sekitar telah bergotong royong agar api tidak menjalar lebih jauh.
6.      Kerusuhan Sosial
a.       Hingga kini Polrestabes Bandung belum menetapkan satu orang tersangka pun pada kasus kerusuhan pada pertandingan Persib melawan Arema semalam di Stadion Siliwangi.
Padahal salah seorang perwira menengahnya yaitu Kabag Ops AKBP Daniel YK terkena lemparan dan terpaksa dijahit pelipis kirinya sebanyak 4 jahitan akibat pelemparan oleh bobotoh.
Hal itu dijelaskan Kapolrestabes Bandung Kombes Pol Jaya Subrianto kepada wartawan di Mapolrestabes Bandung, Jalan Jawa, Kota Bandung , Sabtu (24/01).
Hingga kini belum ada tersangka yang ditetapkan. Pihaknya pun terus melakukan penyelidikan terkait kerusuhan kemarin. Bahkan ketika ditanya apakah kini sudah ada yang diperiksa terkait kejadian itu. Jaya pun menegaskan pihaknya masih terus melakukan koordinasi dengan beberapa pihak.
b.      Di Bandung, sebagaimana diberitakan Tribun Jabar edisi 15 Agustus 2008, terdapat sekitar 56% remaja Kota Bandung dengan kisaran usia 15-24 tahun sudah pernah berhubungan seks bebas di luar nikah, dengan pacar, teman, dan pelacur. Data tersebut ditemukan melalui survey yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan 25 Messenger Jabar, selama Juni 2008 lalu.
Menurut Kristian Widya Wicaksono, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan 25 Messenger Jabar, survei melibatkan rata-rata 100 responden remaja usia 15-24 tahun yang ada di setiap kecamatan di Kota Bandung. Menurut Kristian pula, perilaku remaja yang mengadopsi seks bebas seperti itu paling banyak dipengaruhi oleh tontonan film porno, termasuk dari internet dan melalui telepon seluler.

        


Tidak ada komentar:

Posting Komentar